Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Munggah dan Tradisi Ramadan di Kantor


Halooooo
Gimana kabar puasanya? Lancar, atau udah ada yang bolong kayak saya? Hahaha

Ya gimana, manusia boleh berencana tapi siklus hidup juga yang menentukan #ehem

Oiya di kantor kalian ada kegiatan khusus jelang dan selama Ramadan enggak sih? Kalau di kantorku, seperti tahun-tahun sebelum pandemi COVID-19, tahun ini tarhib Ramadan mulai diadakan lagi. Itu loh rangkaian upaya dalam menyiapkan datangnya bulan suci Ramadan, salah satunya adalah dengan memperbanyak kegiatan yang mendekatkan diri pada Allah SWT. Dalam Islam suku Sunda, kita mengenalnya dengan istilah munggahan yang diadakan pada akhir bulan Sya'ban.

Mengenal Istilah Munggahan

Munggah atau unggah artinya naik. Dalam kamus bahasa Sunda yang disusun oleh R.A. Danadibrata pada 2006, munggah atau unggah mempunyai arti kata naek ka tempat nu leuwih luhur atau naik ke tempat yang lebih tinggi. Sehingga munggahan dapat diartikan sebagai harapan untuk naik menjadi pribadi yang lebih baik atau lebih tinggi derajatnya saat memasuki bulan suci Ramadan.

Bukan hanya acara berkumpul dan makan-makan bersama keluarga, tradisi munggahan juga meliputi kegiatan keagamaan seperti mendengar kajian, membaca kitab suci Alquran, doa bersama, yang kemudian ditutup dengan saling memaafkan.

Dalam rangkaian tarhib Ramadan di kantorku, pada Jumat (1/4/2022), diadakan Doa Bersama Jelang Ramadan yang dihadiri oleh seluruh direksi dan pegawai. Acara dimulai pukul 09.30 WIB dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh Ustaz Ahmad Zamzuri dan Ustaz Yuke Semeru MQ.

Dalam tausiahnya, Ustaz Yuke mengingatkan kami agar Ramadan tahun ini kami kembali fokus dalam memperbaiki diri, salah satunya adalah dengan mengurangi perdebatan dan memperbanyak amal ibadah.

Ustaz Yuke sempat menyinggung banyaknya perdebatan dalam menjalankan Ramadan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Dimulai dari perdebatan tentang cara perhitungan penentuan jatuhnya 1 Ramadan, tata cara berbuka puasa, bahkan perdebatan tentang jumlah rakaat salat tarawih.

Mengenal Ustaz Yuke Semeru MQ

Sebelum acara Doa Bersama Jelang Ramadan dimulai, saya sempat iseng cari tau sosok sang pengisi kajian. Dan saya benar-benar terkesan setelah membaca kisah perjalanan hijrah beliau.

Lahir di Bandung pada 18 Oktober 1958, Ustaz Yuke memulai karir bermusik setelah mendengar Brand X dan Weather Report yang dikenalkan oleh Harry Roesli. Ia dikenal sebagai pemain bass kebanggaan Bandung yang tak hanya lihai memainkan aliran musik rock namun juga jazz. Pada 1984-1985, Ustaz Yuke memulai sebuah proyek bersama band Exit, dan Indra Lesmana (keyboards), Gilang Ramadhan (drums), Dewa Budjana (gitar) dan Oding Nasution (gitar). Ia juga pernah menjajal kemampuannya sebagai additional player band rock Gong 2000.


Namun pada puncak karirnya, secara mengejutkan, Ustaz Yuke justru memutuskan untuk meninggalkan dunia hiburan dan fokus mendalami ajaran agama Islam. Mengenang masa lalunya saat proses belajar mendalami agama, Ustaz Yuke menuturkan kisah bagaimana ia bisa meninggalkan kebiasaannya sebagai perokok berat dan peminum wine. Kala itu setelah ia selesai berdoa di depan Multazam agar dapat meninggalkan maksiat, semua rokok yang ia hisap terasa basi. Bahkan saat mencoba menenggak wine, rasa mual langsung menghampiri saat aroma minuman itu menyentuh hidungnya.

Cara dakwah Ustaz Yuke yang dikenal santun dan penuh hikmah membuat para jamaah merasa nyaman. Ia juga banyak diminta mengisi pengajian di rumah para sahabat artis seperti Dewi Sandra, Ivan Slank, Reni Jayusman, dan Denny Candra. Seiring berjalannya waktu, Ustaz Yuke juga terpanggil untuk berdakwah di kalangan duafa dan menetapkan tiga kampung pemulung sebagai ladang dakwahnya.

Kajian Rutin di Musala Kantor Al-Barkah

Selama Ramadan, kegiatan kajian di Musala Al-Barkah Dana Pensiun PT PLN (Persero) juga kembali hidup. Dimulai lepas salat Zuhur berjamaah, Senin (4/4/2022), Ustaz Abdul Wahid Syafa’at membawa kajian dengan tema “Ketakwaan di Bulan Ramadan”, yang menjelaskan tentang empat golongan yang dirindukan surga, yaitu; (1.) orang yang suka membaca Alquran, (2.) orang yang menjaga lisannya, (3.) orang yang memberi makan orang kelaparan atau berpuasa, dan (4.) orang yang berpuasa pada bulan Ramadan.

Kajian Ramadan Musala Al-Barkah pada Selasa (5/4/2022) disampaikan oleh Ustaz H. Ahmad Zaky Mubarok S.Ag, MA, dengan tema “Mengembalikan Romansa Rumah Tangga di Bulan Ramadan”.

Ramadan merupakan madrasah, yaitu waktu untuk belajar memperbaiki sifat diri agar menjadi pribadi yang lebih baik. Belajar menahan diri dari amarah, memperpanjang sabar, serta menumbuhkan kembali kasih sayang dalam keluarga, dan melakukan amaliah di bulan suci Ramadan bersama keluarga bisa menjadi jembatannya. Coba bayangkan betapa indahnya sahur, buka puasa, sholat berjamaah, tadarus Alquran, bersama keluarga? Dimana sang ibu menyiapkan segala keperluan untuk suami dan keluarga serta ayah yang bekerja menjemput rezeki untuk nafkah keluarga. Tak lupa juga ayah dan ibu mengajarkan putra putrinya untuk berbagi dengan kerabat dan tetangga pada bulan suci Ramadan.

Pada kesempatan yang sama Ustaz H. Ahmad Zaky Mubarok S.Ag, MA, juga mengingatkan tentang tiga doa Malaikat Jibril yang diaminkan oleh Rasulullah SAW, dimana orang-orang dalam golongan ini merupakan orang-orang paling celaka dan amat merugi. Mereka adalah (1.) Orang yang tahun ini tidak mendapatkan ampunan Allah SWT padahal punya kesempatan untuk memohon ampunan pada bulan Ramadhan, (2.) Orang yg tidak mendapatkan surga, padahal orang tuanya masih hidup karena tidak berbakti pada orang tuanya, dan (3.) Orang yg celaka karena tidak menjawab salawat ketika nama Nabi Muhammad SAW disebut.

Bulan Ramadan merupakan bulan penuh berkah, bulan dimana bertambah amal kebaikan sehingga kita dapat semakin dekat dengan Allah SWT. Aamiin Aamiin Alhumma Aamiin.

Posting Komentar untuk "Munggah dan Tradisi Ramadan di Kantor"