Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Indahnya Ombak Pantai Menganti Kebumen


Aku sudah menikah!

Yeayyy...

Enggak terasa udah dua bulan lebih saya menikah dan menjadi seorang istri. Walau sementara ini saya dan suami terpaksa masih tinggal terpisah di kota masing-masing, tapi kami berdua yakin dengan doa dan dukungan dari keluarga, bisa melalui biduk rumah tangga ini dengan baik. Minta doanya juga ya teman-teman ^.^

Tapi sayang sejak menikah, sejujrnya kami belum sempat menunaikan rencana bulan madu karena pekerjaan suami yang sangat sulit mengajukan cuti. Jadilah kami sepakat untuk memaksimalkan libur akhir pekan untuk mengunjungi beberapa tempat wisata sebagai rangkaian Bulan Madu uwuwu

Sebagai seorang laki-laki yang sangat bersemangat untuk membahagiakan perempuannya, suami saya rajin sekali mencari referensi tempat wisata di TikTok. Emang ya aplikasi yang satu ini cepet banget bikin orang sukses keracunan konten-hahah. Tapi selama kontennya tidak menyesatkan dan justru membawa hal baru yang baik, keracunan konten pun tak masalah. Termasuk keracunan konten jalan-jalan di TikTok seperti yang satu ini. Jadi lokasi kedua yang kami sepakati untuk didatangi adalah Pantai Menganti di Kebumen.

Eh tunggu! Koq lokasi kedua? Lokasi pertamanya mana?

Itu nanti, nyusul di postingan selanjutnya ya heheheh

JARAK TEMPUH ENAM JAM PERJALANAN


Mengingat suami masih harus masuk kantor setengah hari pada Sabtu, kami berangkat sekitar pukul 14.30 WIB dari Stasiun Cirebon Prujakan. Jalur yang kami lewati ternyata dipenuhi truk-truk besar dan jalan yang berliku. Suami yang tidak menguasi medan, terpaksa melambatkan laju kenadaraan dan hal ini akhirnya berdampak pada durasi perjalanan yang molor selama sekitar satu jam perjalanan huhuhu

Sekitar pukul 16.30 kami berhenti untuk isoma. Tempat yang kami pilih adalah Kedai Sate Subali.


Selesai makan, salat, dan istirahat, sekitar pukul 17.30 kami pun melanjutkan perjalanan. Langit di atas kepala kami mulai berganti warna jadi kelabu, udara dingin merambat perlahan, memeluk tubuh kami yang masih meluncur di jalanan.

Memacu kendaraan roda dua setelah pulang kerja cukup menguras tenaga kami, maka setelah berada di jalan selama sekitar empat setengah jam perjalanan, kami pun memutuskan untuk beristirahat. Sayangnya, kami benar-benar tak menyangka bahwa mencari penginapan di sepanjang rute perjalanan ternyata cukup sulit.

Akhirnya kita nginep dimana gaess?

Hasil dari mantau Google Maps selama 20 menit, akhirnya kami bertemu dengan satu penginapan lokal. Lokasinya agak masuk ke perkampungan dan jalanannya berbatu serta gelap. Kami sempat ragu, khawatir nyasar di tanah orang, tapi pada akhirnya kami menemukan penginapan itu juga. Awalnya saya sempat kaget saat ditanya mau sewa kamar durasi berapa jam, ternyata penginapan yang kami datangi adalah hotel jam-jam-an. Tapi karena badan sudah butuh istirahat, akhirnya kami ambil juga. Dengan tarif seharga Rp 200.000,- kami mendapat kamar yang cukup menyedihkan:

Kamar berbau agak pesing, mungkin karena dinding kamar mandi hanya dibuat 3/4 tinggi plafond alias hanya sampai dada orang dewasa; pintu kamar tidak rapat, hanya ada 1 colokan listrik, jadi meski di kamar disediakan tv tapi tidak bisa digunakan jika kami mengecharge ponsel dan powerbank; hanya dapat satu helai handuk padahal kami menginap berdua; kasur amblas; dipan berderit dan goyang. Satu-satunya yang patut diacungi jempol adalah ACnya yang dingin.

Sekitar pukul 05.30 kami keluar penginapan untuk melanjutkan perjalanan, sayang baru melaju sebentar, hujan tiba-tiba saja turun dan membuat kami harus menepi dan berteduh. Seolah hanya ingin membuat suhu sekitarnya sejuk, tak lama hujan pun kembali berhenti.

Jalur yang kami lewati selanjutnya diwarnai oleh jalanan rusak, mendaki, menurun, bahkan berkelok, dengan pepohonan di kanan kirinya. Udara nan sejuk berlanjut hingga kami sampai ke Pantai Menganti sekitar pukul 09.00. Tiket masuk Pantai Menganti adalah Rp 20.000/ orang (sudah termasuk biaya parkir).






Puas menikmati pemandangan indah Pantai Menganti dengan gelungan ombak besar yang pecah di bebatuan, serta mengambil foto dan video selama beberapa jam, kami pun memutuskan mencari makan siang. Kamu enggak perlu takut kelaparan kalau main kesini karena deretan kedai seafood siap memenuhi kebutuhan perutmu yang perlu diganjal. Kami memutuskan untuk makan di Kedai Barokah milik Ibu Juwanti dengan memesan 200gr Kepiting Saus Pedas Manis, Cumi Tepung, Ikan Bakar, dan 2 gelas es jeruk. Dan semua makanan itu kami hanya menghabiskan Rp 107.000.


Setelah makan siang kami pun memutuskan untuk pulang karena saya harus mengejar kereta tujuan Jakarta. Samapi jumpa di cerita perjalanan kami berikutnya. Bye!

Posting Komentar untuk "Indahnya Ombak Pantai Menganti Kebumen"