Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kopi Daong : Ngopi Berlatar Hutan Pinus


Sebagai introvert, saya tentu sangat mensyukuri kesempatan untuk tetap berada di rumah. Sering merasa lelah saat menghabiskan waktu untuk beraktivitas luar ruang dan bertemu dengan banyak orang, membuat saya perlu memulihkan energi dengan menarik diri selama beberapa waktu.

Masa pemulihan ini biasanya saya habiskan dengan melakukan hal-hal ringan sendirian, seperti membaca atau menonton film di aplikasi streaming ditemani secangkir kopi dan sebungkus cemilan. Iya, saya memang pecinta minuman berwarna pekat ini, dimana aroma harumnya yang khas seolah membawa saya pada kedamaian yang sempurna.

Lalu suatu hari seorang teman melontarkan ide untuk mencoba Kopi Daong, sebuah kedai kopi yang berlokasi di Pancawati, Caringin, Bogor, Jawa Barat 16730. Antara percaya dan enggak, saya iya-kan saja ajakannya kala itu. Bagaimana tidak, berkendara hampir dua jam untuk menikmati secangkir kopi di sebuah tempat nan jauh adalah sebuah agenda yang luar biasa bagi saya yang malas keluar rumah ini hahah

Tapi semua berubah saat Negara Api menyerang...

ternyata beneran berangkat hahaha

Kami bertemu di depan Margonda City sekitar pukul 10.16, hanya telat enam belas menit dari waktu yang ditentukan dan tanpa membuang waktu, kami pun bergegas membelah jalan.

Mungkin karena masih hari kerja, jalanan yang kami lalui cukup lengang. Saya seolah melakukan napak tilas dalam perjalanan ini, dimana jalurnya mengingatkan saya saat bekerja di sebuah pabrik karet di daerah Cileungsi, Bogor. Kami melewati Kebun Raya Bogor, Masjid Raya Bogor, Botani Square, Mall Warung Jambu, hingga Terminal Baranangsiang. Dari sana, saya sudah tidak tahu jalan lagi hihihi

Saat motor berbelok ke kiri dan masuk ke sebuah jalur pemukiman, jalanan tak terlalu mulus. Perlu konsentrasi untuk menghindari lubang pada jalur yang berkelok dan curam.  Meski menurut teman saya sudah banyak perbaikan saat ia terakhir kali mengunjungi tempat ini.


Pemadangan hutan pinus yang rindang, menyapa pandangan kami saat Kopi Daong telah nampak di kejauhan jalan. Saya menarik napas lega karena akhirnya perjalanan melelahkan ini selesai juga.

Kopi Daong memiliki desain bergaya minimalis dan dilengkapi dengan furnitur berbahan kayu, tak hanya terasa hangat dan akrab namun juga menyatu dengan hutan pinus di sekitarnya. Pembagian area indoor dan outdoor  pun diatur sedemikian rupa agar pengunjung tak kehilangan pemandangan nan asri ini.

Pada masa pandemi, Kopi Daong juga menerapkan protokol kesehatan dimana pengunjung diharuskan mencuci tangan dan mengecek suhu tubuh sebelum memasuki area kedai. Selain itu, para pramusaji juga mengenakan masker dan sarung tangan selama bertugas.


Dengan pilihan menu yang cukup banyak, kamu enggak perlu khawatir merasa bosan jika berlama-lama di sana. Berbagai racikan kopi maupun minuman ringan lain, bisa kamu temukan disini. Butuh cemilan saat ngobrol atau tiba-tiba lapar karena sudah masuk waktu makan? Tenang, semuanya ada.

Buat saya harga menu di Kopi Daong masih cukup terjangkau dimana kebanyakan sajiannya dimulai dari harga Rp 30.000-an saja. Oiya kalau kamu kesini, jangan lupa untuk pesan menu andalan mereka Kopi Beuh dan Kopi Daong ya. Untuk mempercepat dan memudahkan transaksi, kamu juga bisa memilih pembayaran dengan kartu atau dompet elektronik seperti Ovo.

Menurut keterangan yang saya dapat dari Google Maps, Kopi Daong buka setiap hari mulai jam 09.00-20.00 wib. Saat kami sampai pukul 12.20, suasana kedai sudah cukup ramai oleh pengunjung dan semakin ramai lagi kala hari beranjak sore. Mungkin mereka mengejar pemandangan sunset, ya? Oiya kabarnya suasana kedai makin ramai saat hari weekend lho, jadi kalau kamu berkunjung pastikan untuk datang lebih awal.

Pengalaman berkendara selama hampir 2 jam rasanya cukup sepadan untuk sensasi secangkir kopi dengan pemandangan hutan pinus dan nyanyian rintik hujan (hujan turun 2 kali saat kami berkunjung, untung saja kami duduk di ruang indoor hehehe).

Setelah ngobrol selama 3 jam, kami memutuskan untuk pulang. Kembali membayangkan menembus jalanan rusak sudah bikin saya panik duluan, untung saja arus lalu lintas tak seberapa macet.

Meski punggung pegal, kaki kram, dan lutut sempat sakit, tapi perjalanan ini jelas cukup sepadan. Dan sebagai pecinta kopi yang introvert, saya merasa bangga hahah

2 komentar untuk "Kopi Daong : Ngopi Berlatar Hutan Pinus"

  1. Temen2ku semuanya udh kesini dan nyobain kopinya plus foto2 :D. Sukaaaa liat foto mereka. Jd pengen sih mba. Apalagi sbnrnya ga jauh2 banget. Aku sendiri juga suka kopi, jd rasanya ngopi sambil liat view Pinus, menarik sih :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Temen kantor saya juga tertarik kesini setelah saya posting fotonya.

      Kalau sudah mampir, jangan lupa cerita yaaaa heheh

      Hapus