Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Darah dan Doa : Rayakan Hari Film Nasional


Perayaan Hari Film Nasional tahun 2022 kulalui dengan sedikit berbeda. Sabtu (25/3) pukul 6.30 aku berangkat dari rumah menuju Taman Mini Indonesia Indah dengan menumpang angkot T19 jurusan Depok - Kampung Rambutan. Di persimpangan jalan sebelum masuk terowongan Terminal Kampung Rambutan, aku pun turun seraya menyerahkan selembar uang 10 ribu rupiah sebagai ongkos jalan, lalu memutuskan berjalan kaki selama sekitar 10 menit menuju Pintu 3 Taman Mini Indonesia Indah.

Iya!

Tahun ini aku dan teman-teman blogger Komik berkesempatan untuk mengunjungi Museum Penerangan untuk belajar mengenai perkembangan informasi yang ada di negara tercinta kita, Indonesia.

Dimulai sekitar pukul 9.30, acara dipandu oleh Wildan Fajar sebagai MC. Dilanjutkan dengan sambutan dari Vetri Ridha Bhineka selaku perwakilan pihak Museum Penerangan dan Midi selaku perwakilan Komik.


Sekitar pukul 10.00 bertindak sebagai pemandu tur keliling Museum Penerangan adalah Deyan M. Aji. Dengan pembawaannya yang ceria dan santai, acara tur keliling museum benar-benar menyenangkan dan hidup. Apalagi saya yang kemudian cukup terkejut mendengar sejarah singkat tentang adanya JurPen (Juru Penerang)  alias juru bicara yang mewakili Pemerintah dalam menyampaikan informasi pada masyarakat luas. JurPen tentunya ada pada masa sebelum adanya internet, dimana informasi bisa dengan mudah kita dapatkan seperti sekarang.



Tak hanya tur keliling museum, kunjungan kami ke Museum Penerangan adalah juga untuk nonton bersama film pertama yang diproduksi oleh Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini) berjudul Darah dan Doa karya Usmar Ismail.

SIAPAKAH USMAR ISMAIL?

Pria berdarah Minangkabau yang lahir pada 20 Maret 1921 di Bukittinggi ini dikenal sebagai sastrawan, sutradara film, sekaligus pejuang Indonesia. Tak hanya dianggap sebagai pelopor perfilman di Indonesia, ia juga dikenal sebagai pelopor drama modern dan Bapak Film Indonesia.

DARAH DAN DOA (1950)

Rilis pada 1950, film yang memulai syuting pertamanya sejak 30 Maret 1950 ini memiliki durasi sepanjang 128 menit. Menitik beratkan fokus utama cerita pada sosok Kapten Sudarto yang memimpin perjalanan kembali ke pangkalan awal di Jawa Barat, setelah Yogyakarta diserang oleh pasukan dari Belanda. 

Kapten Sudarto telah lama bersahabat dengan Komandan Adam. Namun demikian, sifat keduanya amatlah berbeda. Sudarto digambarkan sebagai pria flamboyan yang mudah dekat dengan wanita, sedangkan Komandan Adam digambarkan sebagai sosok tegas nan bijaksana.

Dalam perjalanan tugasnya, Sudarto yang masih berstatus sebagai suami orang, sempat pula menjalin hubungan dengan Connie -seorang gadis Jerman yang tinggal di Bandung- dan Widya - sang suster cantik nan lembut-. Ketidakfokusan Sudarto karena sibuk menjalin cinta juga menimbulkan keresahan di hati para anak buah, termasuk Adam sebagai sang sahabat dekat. Dimana nasihatnya sering kali hanya dianggap sebagai angin lalu.


Hingga dalam sebuah pertempuran, Sudarto menyadari bahwa ia telah kehilangan banyak hal demi memuaskan nafsu duniawinya.

Mengingat bahwa film Darah dan Doa dirilis pada tahun 50an, konflik yang terjadi dalam film nyatanya masih amat relevan dengan kondisi saat ini. Tengok saja berapa banyak judul film yang mengangkat tema mengenai perselingkuhan yang beredar di pasaran, atau kalau mau lebih jelas lagi lihat saja berapa banyak kisah ketidaksetiaan yang berseliweran di aplikasi TokTok huhuhu

Serunya kemarin itu, saya yang sering ngulas film dari sudut pandang orang awam, juga mencoba memberanikan diri untuk mengulas Darah dan Doa secara langsung. Apalagi saat saya menyinggung sosok Kapten Sudarto sebagai playboy lawas, suasana pun langsung pecah!

Sepertinya karena hal ini deh wajah saya jadi terpampang di feed IG Museum Penerangan hehehe

2 komentar untuk "Darah dan Doa : Rayakan Hari Film Nasional"

  1. Aku justru lebih suka membaca suatu ulasan dari POV orang awam mba, Krn LBH jujur 😄.

    Dan jadi tertarik untuk coba cari film darah dan doa ini. Masih hitam putih Yaa filmnya 😁.. terkadang nonton film lawas begini, suka lucu sih Ama aksen mereka yg kaku, tapi kalo memang alur ceritanya memikat, ya tetep aku tonton sampai habis 😄👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah makasih banyak loh mbaaaa jadi terharu huhuhu

      Hapus