Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kucumbu Tubuh Indahku : Kemerdekaan dalam Konsep Ketubuhan


Juno kecil (Raditya Evandra) hidup dengan bibinya (Endah Laras), setelah sang ayah pergi entah ke mana. Depresi akibat tekanan hidup akan masa lalu membuat sang ayah memilih menjauh dari kampung halaman, tempat keluarganya mengalami penyiksaan pada masa lalu. Juno kecil ternyata menyimpan bakat luar biasa dalam hal yang berhubungan dengan ayam petelur, hal ini justru membuatnya mengalami perundungan oleh teman sekolahnya.
Demi menghindari hal yang lebih buruk terjadi pada Juno kecil, sang bibi kemudian menyerahkan kewajiban mengurusnya pada sang paman (Fajar Suharno), seorang penjahit kampung. Tinggal lama bersama sang paman, Juno mendapati kemampuan dalam menentukan ukuran baju para pelanggan hanya dengan melihat.  Lalu suatu hari datang seorang petinju (Randy Pangalila) untuk memesan sepasang pakaian pengantin.

Gambar mungkin memiliki hak cipta
Juno yang menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya, kemudian sering mendatangi tempat latihan sang petinju. Seiring waktu Juno menemani sang petinju, hubungan mereka juga semakin dekat. Sang petinju kemudian juga meminta Juno menemaninya bertanding. Sayang setelah kekalahan di ring tinju, sang petinju dibawa oleh beberapa orang preman. Sejak itu Juno tak lagi bertemu dengannya.


Saat pamannya meninggal, Juno memutuskan untuk merantau. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan para penari lengger. Sang manajer menawarkan pekerjaan untuk menjahit pakaian para penari pada Juno dan hidup bersama mereka. Lalu suatu hari, dua orang suruhan bupati untuk membawa Juno. Permintaan sang bupati menganggu Warok (Whani Dharmawan), ia rela mempertaruhkan nyawa untuk membela sang gemblak.

***
Kucumbu Tubuh Indahku jelas bukan film untuk semua orang. Meski telah berkeliling dunia hingga tercatat  31 festival dan event, baik dalam dan luar negeri, tak menjamin film ini dapat dengan mudah diterima. Pemaknaan yang dalam terhadap perjalanan hidup yang diangkat dari kisah Rianto, seorang penari koreografer ternama, mungkin agak sedikit berat bagi beberapa orang.
Perlu keberanian mengangkat film dengan sisi seksualitas yang cukup kental di negeri yang masih sarat akan norma-norma. Namun jika kita mau sedikit terbuka, hal semacam ini memang ada di depan mata dan cepat atau lambat akan menjadi bagian yang tak dapat kita hindari. Anda jelas perlu memasukkan film ini dalam daftar!

Penantian Sang Tokoh Utama


Muhammad Khan sempat merasa bahwa dunia seni peran bukanlah jalannya meski ia aktif sebagai aktor teater sejak 2006. Selama delapan tahun mendalami seni bela diri silat Bangau Putih, ia merasa bahwa tubuhnya sudah terbiasa bergerak dan memiliki fleksibilitas. Namun untuk menjadi Juno, Khan, begitu ia biasa dipanggil, mengkhususkan diri belajar Tari Lengger pada Rianto selama sebulan.

“Teknik itu bisa dipelajari, namun yang paling sulit adalah menemukan rasa. Saya perlu meyakinkan diri bahwa saya adalah seorang perempuan. Hal ini lah yang kemudian bisa merubah gestur saat menari,” ujar Khan.

Warok, Bertarung Untuk Mengikhlaskan



Saya cukup terkesan dengan cara Whani Dharmawan dalam memerankan peran. Bagaimana ia meski dengan sedikit dialog, mampu membuat penonton merasa canggung sekaligus terpesona. Caranya membela  Juno juga sungguh membuat terkejut. Pria yang masih aktif di dunia teater ini sebelumnya memang mempelajari tari saat sekolah seni selama empat tahun.
“Satu hal yang menarik buat saya adalah karena tokoh Warok tidak merasa menguasai (Juno). Setiap orang merdeka menjadi dirinya sendiri, seperti dalam konsep ketubuhan dimana seseorang harus memerdekakan tubuhnya dari rasa kepemilikan atau keterikatan apa pun. Maka inilah yang ingin disampaikan oleh Warok dengan cara melepaskan Juno,” jelas Whani.

Raditya Ervandra, Aktor Cilik Berbakat



Memerankan tokoh Juno kecil, Raditya Evandra, terlihat sangat menyatu dengan peran yang ia bawakan. Usahanya dalam melakon, hingga bersedia benar-benar menyelipkan jarinya ke tunggir (pantat ayam) beberapa kali tanpa terlihat jijik, membuat saya perlu mengacungkan jempol. Berperan sebagai anak kampung yang biasa berjalan tanpa alas kaki, menangkap jangkrik, bahkan menjajakannya di pinggir jalan, tak membuat Raditya terlihat canggung. Di usianya yang meski baru menginjak dua belas tahun, ia akan memiliki banyak peluang untuk tetap berjalan di dunia seni peran.
“Jika kita ikhlas, maka tidak ada yang sulit. Semua akan lancar,” ujar Raditya yang tinggal di DI Yogyakarta ini menutup obrolan.
Akhir Kata

Kita perlu mendukung lahirnya film-film seperti Kucumbu Tubuh Indahku. Pesan akan kejujuran atas hidup, pada akhirnya akan membawa kita pada suatu titik, dan film ini jelas berhasil mengingatkan saya akan perjalanan panjang yang sudah dilalui. Pertanyaannya: mengapa kita masih bersedia hidup dalam kepura-puraan?

29 komentar untuk "Kucumbu Tubuh Indahku : Kemerdekaan dalam Konsep Ketubuhan"

  1. wah seru nih filmnya. realita yang diangkat ke layar lebar selalu menarik

    BalasHapus
  2. Saya ada liat threadnya di twitter mbak, memang film ini bukan untuk semua orang karena negara kita sarat dengan norma2, tapi ga bisa dipungkiri pula hal ini adalah kenyataan sosial yg mudah ditemui dalam masyarakat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya saya juga sempat baca tapi lupa siapa yang nulis heheh

      Hapus
  3. ini to film yg heboh2 itu. gak semua realita sih harus diangkat, krn sebagian justru bisa memicu masalah baru.

    BalasHapus
  4. Kadang ada beberapa hal yang tak perlu dijadikan konsumsi publik, cukup untuk diri sendiri saja. Indonesia belum siap untuk film-film seperti ini. Kelak jika negara ini dan generasinya sudah semakin awas, semakin moderat, semakin progresif, barulah kita bisa menyajikan film-film seperti ini.

    BalasHapus
  5. ini bukannya film yang menjadi kontroversi bbrp waktu kmrn ya? yang dilarang ditayangkan di indonesia ya? CMIIW

    BalasHapus
  6. Tema begini yang menarik. Sudah bosan sama percintaan remaja dan film horor :)

    BalasHapus
  7. Film bertema yang tidak biasa. Benar-benar film khas seorang Garin Nugroho. Tapi saya jadi penasaran dengan film ini

    BalasHapus
  8. Saya penasaran banget sama sinopsis ceritanya,apalagi jika ditonton sampai habis.
    Karena kebanyakan yang diputar itu film bertema remaja
    Semoga perfilm an indonesia semakin kreatif dalam menyuguhkan tontonan

    BalasHapus
  9. Tema film yang kapan itu ramai dibincangkan. Good job mb ngangkat tulisan ini, karena mengetahui hal yang dianggap kontroversial, bukan berarti mengikuti hal kontroversial tsb.

    BalasHapus
  10. Padahal filmnya diangkat dari realitas nyata yang ada dalam kehidupan, tapi kalau difilmkan, banyak juga orang yang nggak mau menerima ya

    BalasHapus
  11. Mungkin aku juga bisa berperan sebagai tokoh Juno kecil, karena kebiasaan sewaktu kecil suka nyari jangkrik di sawah, berjalan kaki tanpa alas.

    BalasHapus
  12. sebenarnya film ini kontroversial karena adanya unsur LG*T. Tapi sayapun gak tahu maksud film ini apakah dukungan terhadap al tsb atau bukan.

    dilain sisi katanya film ini menceritakan tentang pria yang menjadi simpanan seorang dukun. Agar sakti, dukun tersebut harus punya simpanan. Jadi bukan keinginan dia untuk begitu, tapi seperti menjadi korban.

    BTW di film ini ada lagu yang dibawakan x pianis sore band, bang mondo :D

    BalasHapus
  13. Aku belum sempat nonton sih. Tapi trillernya bener2 bikin penasaran sama filmnya. Aku sampai diskusi banyak sama suami mengenai warok dan segala kehidupannya.

    BalasHapus
  14. Aku mengikuti cerita rame di medsosnya sih tentang film ini, tetapi belum sempat menonton. Memang sih ini realita kehidupan, di sekitar kita ada saja kejadian begini. Entah ya, masyarakat malah suka engga mau terima, bahwa itu realita. Mungkin lebih suka mimpi-mimpi aja kali...

    BalasHapus
  15. Semakin hari perfilman Indonesia makin bergerak maju. Film yang dihasilkan pun di harapkan bisa semakin lebih baik agar generasi mudanya bisa terus berinovasi.

    BalasHapus
  16. Semakin penasaran sama film ini karena infonya mendapat penghargaan ga hanya dari dalam negeri (kalau ga salah 8 penghargaan) juga dari luar

    BalasHapus
  17. Aku belum nonton film ini, film kehidupan ini memang terjadi ada di depan mata.film ini kontroversi ya? Semoga semakin maju perfilman indonesia

    BalasHapus
  18. Terlepas dari pro kontranya, ini adalah karua anak bangsa yang wajib kita dukung. Lagipula, betul bu punchline nya artikel ini kenapa kita harus pura-pura padahal realita seperti di film ini nyata adanya.

    BalasHapus
  19. Wah, pemeran bibinya sama kayak yg review filmnya nih yaa Mbak Endah, hehe... Kucumbu Tubuh Indahku, kl gak salah yg sempat kontroversial tp diterima di luar negeri ya. Nice review, Sis

    BalasHapus
  20. Sudah lama saya menaruh minat pada film ini. Bukan judulnya, tapi karena pemerannya adalah orang Jepara yang belajar di sekolah yang sama. Dia sudah cukup lama digadang pemerhati seni di Jepara. Dari situlah saya ingin menonton. Sayang, tak ada bioskop di sini. Menunggu nobar saja. Nobar dan diskusi. Itu yang saya tunggu.

    BalasHapus
  21. sepertinya film seperti ini banyak pesan moral yang tersirat, betul tidak ya mba?

    BalasHapus
  22. Iya sayang banget ya, padahal hal-hal semacam ini merupakan refleksi dari kondisi sosial di tengah masyarakat. Film hanya berupaya memotretnya saja.

    BalasHapus
  23. Sejak awal kontroversinya, film ini memang sangat diperbincangkan. Terlepas soal norma dan sebagainya, saya akui pesan yg ingin disampaikan film ini agak berat masuk ke indonesia. Tp, bener sih, kalau kita mencoba saja sedikit terbuka, film ini bisa jadi bahan diskusi yang menarik

    BalasHapus
  24. belum pernah lihat trailernya, jadi masih belum bisa menyimpulkan pendapatku seperti apa. kalo membaca dari sinopsisnya film ini keren, tapi baca dikolom komentar kok filmnya kontroversi ya..

    BalasHapus
  25. Saya sendiri belum pernah menonton film ini sebelumnya, jadi belum mengerti aslinya seperti apa. Tapi dengan melihat sinopsisnya banyak yang kontroversi yaa

    BalasHapus
  26. pengen banget bisa nonton film ini, aku liat beberapa org bahas film ini disisi pro dan kontranya

    BalasHapus
  27. Saya belum pernah nonton filmnya, ini film yang lagi kontroversi itu ya?

    BalasHapus