Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Preman Pensiun : Premanisme dengan Nilai Lokal

Gambar bisa saja memiliki hak cipta


Berangkat dari kesuksesan serial Preman Pensiun yang tayang sebanyak 3 season pada tahun 2015, Aris Nugraha melanjutkan kisah perjalanan jaringan preman pasar di salah satu sudut Kota Bandung. Film dibuka dengan scene perkelahian di salah satu pasar. Adegan 3 orang pria berotot mengejar seorang pria berperawakan sedang, cukup membuat mata dan konsentrasi penonton terpaku. Tak ada yang mengenali siapa sosok mereka berempat.

Scene berlanjut dengan kisah Muslihat (Epy Kusnandar) yang diceritakan telah meninggalkan bisnis premanisme sejak kepergian Kang Bahar (Didi Petet). Kang Mus, begitu ia bisa dipanggil, juga menghimbau teman-temannya untuk mengambil langkah yang sama.

Gambar bisa saja memiliki hak cipta

Kang Mus dibantu Ujang (M Fajar Hidayatullah) tetap bertahan dalam bisnis kecimpring, sejenis keripik berbahan dasar singkong, meski pejualan mereka terus menurun. Murad (Deni Firdaus) dan Pipit (Ica Naga) telah bekerja sebagai security di salah satu tempat permbelanjaan. Sedang Mang UU (Mang UU) memilih untuk pulang kampung dan menjadi pawang kuda lumping.

Meski tak lagi menjadi menguasai jaringan preman, Kang Mus masih tetap memantau langkah-langkah mantan anak buahnya dahulu. Ia juga masih menjalin hubungan dengan Kinanti, Kinasih, dan Kirani, sebagai anak-anak Kang Bahar. Bagi Kang Mus, hubungan mereka bukan hanya sebagai ketua dan anak buah, namun sudah menjadi sebuah keluarga besar.


Scene kemudian menceritakan tentang kedatangan Gobang (Dedi Moch Jamasari) setelah 3 tahun menghilang. Ia lalu menghubungi Ujang, Mang UU, Murad, Pipit, Cecep (Abenk Marco), dan Bohim (Kris Tatoo), dengan dalih mengadakan reuni kecil. Hal yang dirasa aneh adalah karena Gobang meminta agar Kang Mus tak boleh tahu mengenai pertemuan mereka.

Gambar bisa saja memiliki hak cipta

Setelah bertemu teman-temannya, Gobang menceritakan persoalan yang tengah ia hadapi. Adik iparnya dikeroyok orang di pasar hingga koma dan ia merasa perlu mencari tahu siapa dalang kejadian tersebut. Atas bantuan teman-temannya, Gobang pun mendapatkan satu nama: Dikdik (Andra Mahinot).

Kejelasan soal pengeroyokan sebelumnya sempat ditanyakan Kang Mus pada Ujang, namun mantan anak buahnya itu tak mengetahui pasti mengenai hal tersebut. Hingga akhirnya Ujang menceritakan keterkaitan antara kedatangan Gobang dan kejadian pengeroyokan di pasar yang melibatkan Dikdik. Mendengar hal itu, Kang Mus pun berang. Ia benar-benar tak ingin anak buahnya masih terlibat masalah premanisme. Terlebih istri Dikdik diketahui sedang mengandung buah hati mereka.

Gambar bisa saja memiliki hak cipta

Kang Mus pergi menemui Dikdik dan meminta penjelasan mengenai awal mula kejadian pengeroyokan. Dikdik menuturkan bahwa adik ipar Gobang telah membawa kabur beberapa mobil sewa, namun saat akan dimintai pertanggung jawaban ia malah melawan. Hingga terjadi pengeroyokan yang mengakibatkannya terluka dan kemudian koma. Kang Mus menawarkan diri mendampingi Dikdik untuk menyelesaikan persoalan dengan Gobang, namun pria yang sebelumnya memilih berbisnis jaket kulit itu memilih untuk menyelesaikannya seorang diri.

Di samping masalah Dikdik dan Gobang, persoalan Safira (Safira Maharani), putrinya yang beranjak remaja dan diceritakan mulai menjalin hubungan asmara juga menyita perhatian Kang Mus. Usahanya untuk menjaga perasaan sang putri justru membuat Safira putus dari Rendy (Sadana Agung Sulistya), pacarnya.

Gambar bisa saja memiliki hak cipta

Berhasilkah Dikdik meluruskan masalahnya dengan Gobang? Bagaimana hubungan Safira dan Rendy selanjutnya?

Film Preman Pensiun menghadirkan cerita dengan ciri khas Indonesia. Banyak bagian yang saya sukai dalam film ini. Potongan-potongan dialog sebagaimana serialnya dahulu, yang uniknya secara sambung menyambung dapat menjalin sebuah cerita, seolah menjadi obat pelepas rindu yang berulang kali memancing gelak tawa. Adegan pengeroyokan di awal maupun di tengah film terasa begitu nyata dan tak belebihan. Poin lain yang membuat saya kagum adalah bagaimana cara Aris Nugraha tetap fokus dalam menjaga nilai-nilai lokal dalam film.


Perpaduan sifat garang seorang mantan ketua preman, ayah yang khawatir, menantu yang patuh, sekaligus suami yang lembut nan romantis, dapat diperankan dengan sangat baik oleh Epy Kusnandar. Gregetnya lagi, Epy memerankan scene-scene menjijikan seperti ngiler di bantal atau ngopi sebelum sikat gigi, dengan sangat normal dan natural. Celana kolor dan kaos singlet sebagai pakaian sehari-hari juga menempel dengan wajar di tubuh kurus Epy. Tak berlebih rasanya jika penonton perlu memberi applause yang meriah karena aktingnya tersebut.

Dalam film ini Aris juga seperti hendak mengatakan bahwa penampilan seorang preman tak melulu terlihat seram dengan kaca mata hitam dan jaket jeans robek-robek. Ia bisa saja berpenampilan tak mencolok seperti Kang Mus, namun memiliki anak buah dan jaringan yang kuat. Atau seperti Murad dan Pipit yang meski terlihat sangar namun memiliki hati yang lembut dan sangat loyal kepada kawan. Atau seperti Ujang yang terlihat slengean namun sangat sopan pada orang tua. Dan dimana kesemuanya digambarkan patuh pada peraturan lalu lintas: menggunakan helm sampai bunyi ‘klik’, membuat saya geleng-geleng kepala karena geli.

Sebagai sebuah karya anak Indonesia yang mengangkat cerita di salah satu daerahnya, Preman Pensiun benar-benar konsisten dalam menjaga unsur-unsur lokal dan menjadikannya sebuah nilai tambah. Yang tak hanya menarik namun juga patut diacungi jempol. Hal ini seolah menyadarkan kita bahwa meski tak ada make up tebal atau pakaian mahal, tak ada rumah atau mobil mewah, tak ada serbuan kalimat bijak, dan tak ada wajah pemain bergaris keturunan asing, film Preman Pensiun masih amat sangat patut untuk ditonton dan diberi diapresiasi.

Judul                : Preman Pensiun
Sutradara         : Aris Nugraha
Produksi          : ANP, MNC Pictures
Produser          : Mifta S. Yahya, Reggi Djundjunan
Genre               : Drama komedi
Durasi                          : -

Pemain            : Epy Kusnandar, Vina Ferina, Tya Arifin, Dedi Moch Jamasari, Andra Mahinot, Deny Firdaus, Ica Naga, M Fajar Hidayatullah, Soraya Rasyid


MY SCORE 7,5/10

Note : Artikel ini juga dimuat di web Nontoners.com

Posting Komentar untuk "Preman Pensiun : Premanisme dengan Nilai Lokal"